KABARPOSNEWS.COM Bangkit Melawan Kekerasan merupakan proses Deteksi Dini Harus Jadi Prioritas untuk Perempuan dan Anak di Jakarta.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jakarta telah mencapai angka yang sangat memprihatinkan—1.689 kasus yang ditangani hingga Oktober 2025. Angka ini tidak hanya sekadar statistik itu mencerminkan krisis yang mendalam dalam perlindungan terhadap kelompok rentan ini, dan sebagai individu yang peduli, kami merasa ini adalah panggilan untuk bertindak.
Menurut penelitian dari UN Women (2022), stigma dan ketakutan adalah penghalang utama bagi korban untuk melaporkan kekerasan. Ini adalah realitas yang menyedihkan dan, dalam banyak kasus, menyebabkan korban merasa terisolasi. Kami percaya bahwa hal ini memerlukan perhatian kita semua, terutama dalam masyarakat yang sering kali lebih cepat menghakimi daripada mendukung.
Ada beberapa faktor pemicu kekerasan—dari tekanan ekonomi hingga pola asuh yang tidak optimal. Dari pengamatan kami,
- ketidakstabilan finansial dapat menciptakan ketegangan dalam keluarga, yang sering kali berujung pada kekerasan domestik. Menurut studi oleh Lembaga Perlindungan Perempuan, kondisi ini sering kali diperparah oleh kesibukan orang tua yang tidak memiliki cukup waktu untuk mengawasi dan mendidik anak-anak mereka. Kami merasa prihatin bahwa pola asuh yang kurang tepat ini dapat meningkatkan risiko kekerasan emosional dan fisik.
- Fenomena negatif dari gawai dan media sosial juga tidak bisa diabaikan. Penelitian oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa lingkungan digital sering kali menjadi tempat berkembang biaknya perilaku bullying. Melihat anak-anak mencari pengakuan lewat gadget, kami harus mengedukasi orang tua dan masyarakat tentang dampak dari perilaku ini. Kami merasakan urgensi untuk melakukan hal ini, mengingat bahwa dampak kekerasan memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius pada perkembangan anak.
Kampanye antikekerasan yang digagas Pemerintah Provinsi Jakarta adalah langkah positif, tetapi kita semua perlu berkontribusi. Dialog yang diadakan dalam kampanye 16 Hari Anti-Kekerasan menunjukkan adanya kesadaran yang berkembang, namun dukungan berkelanjutan sangat penting. Pengetahuan yang lebih baik mengenai hak-hak mereka akan memberdayakan korban untuk berbicara. Buku Saku Tentang Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan & Anak menekankan pentingnya pencegahan yang melibatkan semua pihak.
Sebagai masyarakat, kami harus mengadopsi pendekatan holistik yang mencakup edukasi, dukungan sosial, dan penegakan hukum yang tegas. Merujuk pada studi dalam artikel Dampak Kekerasan Seksual terhadap Perempuan, kita melihat betapa seriusnya isu ini dan perlunya perhatian yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan yang aman.
Apa yang Harus Dilakukan?
Situasi meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jakarta menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya persoalan individu, melainkan persoalan serius yang menyangkut kondisi sosial secara keseluruhan. Data 1.689 kasus hingga Oktober 2025 menggambarkan bahwa masih banyak korban yang menghadapi ancaman, dan kemungkinan besar jumlah sebenarnya lebih besar karena banyak yang tidak berani melapor akibat rasa takut, stigma, atau tekanan lingkungan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mekanisme perlindungan yang ada masih belum mampu menjangkau seluruh korban.
Melihat keadaan ini, kita perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak—mulai dari keluarga, sekolah, pemerintah, hingga masyarakat luas. Kekerasan sering muncul akibat faktor-faktor yang saling berkaitan seperti kondisi ekonomi keluarga, cara mengasuh anak yang kurang tepat, kurangnya komunikasi, hingga pengaruh buruk dari dunia digital. Oleh karena itu, penting untuk memahami masalah ini dari berbagai sisi dan melakukan penilaian awal untuk melihat potensi ancaman maupun peluang perbaikan dalam sistem perlindungan yang ada. Dengan pendekatan seperti ini, kita bisa mengetahui akar persoalan, pihak yang paling berisiko, serta cara pencegahannya.
Pendekatan menyeluruh ini juga sejalan dengan rekomendasi dari berbagai pakar perlindungan anak dan perempuan. Dengan memeriksa keterkaitan antara ekonomi, pola asuh, interaksi keluarga, pergaulan anak, serta pengaruh gawai dan media sosial, kita dapat mengambil langkah pencegahan yang komprehensif dan relevan bagi masyarakat perkotaan. Lebih dari itu, pendekatan semacam ini dapat mendorong langkah-langkah praktis dalam menangani kasus kekerasan sehingga upaya yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jakarta yang beragam dan terus berkembang.
Tindak Lanjut
Menurut temuan dari UN Women, KPAI, dan sejumlah lembaga perlindungan nasional lainnya, upaya tindak lanjut tidak cukup hanya berupa peningkatan kesadaran. Harus ada tindakan konkret yang dapat menjadi panduan bagi masyarakat dan pemerintah dalam menilai risiko, memahami bahaya, serta merancang strategi pencegahan kekerasan yang lebih efektif. Program edukasi masyarakat, akses layanan pelaporan yang lebih mudah, dan penguatan jaringan komunitas adalah beberapa langkah penting agar masyarakat dapat mengenali tanda-tanda kekerasan dan memahami cara memberikan dukungan aman kepada korban.
Dalam konteks Jakarta, tindak lanjut dapat diawali dengan menjawab tiga pertanyaan mendasar. Pertama, apa bentuk kekerasan yang sedang terjadi dan apa penyebab utamanya? Kekerasan bisa berupa fisik, verbal, seksual, hingga kekerasan digital, sehingga memahami bentuknya membantu masyarakat merespons lebih cepat. Kedua, bagaimana perkembangan teknologi digital seperti media sosial, game online, dan penggunaan gawai berkontribusi pada munculnya bentuk-bentuk kekerasan baru. Hal ini penting karena anak-anak semakin aktif di dunia digital dan rentan menjadi sasaran pelecehan atau perundungan. Ketiga, langkah seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, sekolah, aparat penegak hukum, dan pemerintah daerah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman? Pertanyaan ini membantu memetakan kebutuhan seperti pusat layanan ramah anak, akses konseling, peningkatan kualitas aparat, serta kampanye pencegahan yang berkesinambungan.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak akan terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak ditangani serius, dampaknya bisa menyebar luas dan membawa dampak psikologis jangka panjang bagi korban. Namun, jika berbagai pihak bekerja sama, peningkatan kesadaran masyarakat, layanan yang lebih responsif, dan dukungan komunitas dapat menjadi kekuatan besar untuk menekan angka kekerasan. Oleh sebab itu, keluarga, sekolah, lembaga masyarakat, serta pemerintah perlu bergerak cepat dan bersinergi untuk memastikan Indonesia khususnya Jakarta menjadi tempat yang aman bagi perempuan dan anak.
Kami juga menyadari bahwa memahami konteks budaya dan norma sosial adalah kunci untuk merumuskan solusi yang efektif. Pendidikan tentang kekerasan dan perlindungan harus dimulai dari rumah dan diperluas ke masyarakat, agar kita dapat beranjak dari stigma dan ketakutan menuju dukungan dan pemberdayaan.
Dengan kolaborasi yang erat antara individu, masyarakat, dan pemerintah, kami optimis bahwa kita dapat membuat perbedaan. Kita harus bangkit melawan kekerasan dan menjadikan deteksi dini sebagai prioritas demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi perempuan dan anak di Jakarta. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk mengubah realitas ini.
Editor Redaksi
Penulis : Syalfina Nurzahwa
Christian Rafael
Jevania
Khara Capah
Mahasiswa/i Prodi Kesejahteraan Sosial, Universitas Sumatera Utara











